Pacaran,
apa sih pacaran itu? Setauku dari temen-temen juga sih, yaitu hubungan yang
dilandasi atas rasa cinta, sayang, nyaman dan aman. Aman? Semoga! Cari pasangan
yang aman ya guys.
Banyak
yang nanya ke saya dari bapak-bapak, ibu-ibu, temen-temen dan beberapa orang
yang hanya bertemu untuk beberapa saat saja. Kenapa yang pertama saya sebut
bapak-bapak? Yeah, karena mereka orang pertama yang suka menanyakan status
tersebut setelah kepulangan saya dari studi di luar kota. Waktu itu saya shock
banget? Aduh… itu pertanyaan vulgar menurut saya, dan beliau-beliau itu
menanyakannya dengan nada yang sangat biasa dan santai. Apa karena memang
tempat tinggal saya di kota yang metropolitan? Atau saya yang terlalu lama
tinggal di desa untuk menempuh study? Apa orang-orang disini menyediakan lahan
terbuka untuk orang pacaran? Apa aksesnya semudah itu? Hingga pacaran bukan
lagi suatu hal yang tabu disini. Malah kalo ‘gak pacaran’ itu yang sering mereka
pertanyakan.
Pacaran.
Saya punya prinsip gak pacaran sebelum nikah, seberat apapun godaannya, saya
akan berusaha untuk tidak pacaran sebelum nikah. ”Kenapa gak pacaran mbak?”
hehe (senyum dulu baru jawab) kenapa ya?
Begini
awalnya…..
“jangan
sekali-kali kamu mendekati zina, mendekati aja udah gak boleh apalagi berzina
(naudzubillahi min dzalik ya guys). Yang dimaksud kategori mendekati disini
salah satunya adalah pacaran.” Begitulah potongan kata yang masih saya ingat
dari Ustadz-Ustadzah saya waktu masih di pondok. Nah dari situlah, saya dan teman-teman
tertarik sekali untuk membahas lebih lanjut seusai kelas diniyah. Dengan
iseng-iseng kita seperti taruhan, siapa yang paling lama mempertahankan prinsip
buat gak pacaran. Taruhannya apa saya juga gak tau, udah lupa, dari jaman
Tsanawiyah soalnya. Dan… Alhamdulillah saya masih bisa mempertahankannya sampai
sekarang dan sampai saya dipertemukan
sama Yusufku (jodoh saya) Insya Allah, harus itu.
Salah
satu alasan yang saya ingat, saya gak mau jodoh saya di incipin orang lain, gak
mau jadi orang yang kedua atau kesekian, saya cuma mau jadi yang pertama dan
terakhir buat jodoh saya (keliatan maksa ya). Selalu terngiang firman Allah
“wanita yang baik untuk pria yang baik, begitu juga sebaliknya” saya sangat
yakin dan percaya kepada Allah. Saya hanya ingin jodoh sayalah yang pertama dan
terakhir juga buat saya. Lagi pula pacaran juga dilarang dalam agama kan?!
Tentunya
untuk bertemu dan mendapatkan Yusufku pun tak mudah, saya harus menjadi
baik dan lebih baik lagi agar mendapatkan yang baik pula. “JANGAN MENCARI TAPI
MENJADI” kalo kita berharap jodoh kita baik, setia, memuliakan kita dll.
Tentunya kita harus menjadi yang seperti itu dulu. Karena jodoh kita tak akan
pernah jauh dari diri kita saat ini, ia datang sesuai dengan kepantasan kita
untuk dicintai. Dan seiring berjalannya waktu semua alasan yang seakan-akan
mengatakan saya memperbaiki diri hanya karena ingi dapetin Yusufku,
ternyata saya sudah tidak mempedulikan itu semua. Yang saya tahu, saya begini
hanya untuk diri saya sendiri karena Allah. Urusan kriteria Yusufku,
saya serahkan kepada Allah saja, karena Allah lebih tahu apa yang saya butuhkan
dari pada apa yang saya inginkan.
Sering
di tanyain temen-temen tentang siapa pacar saya dan iseng-iseng saya nyeletuk
“cari aja di mbah google- Yusufnya Yaya”. Haha..
0 komentar:
Posting Komentar