1.
Pengertian sifat iri hati dan sifat agresif
A.
Sifat Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang
tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan
cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran
islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar
agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan
harta di jalan kebenaran.Saat ini, kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi
di masyarakat dapat memicu terciptanya iri hati pada tiap manusia.
Dalam Islam, iri hati
merupakan salah satu penyakit hati yang dibenci dan dilarang Allah. Seperti
halnya ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an berikut ini:
“Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa
yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa’ ayat:32).[1]
Agar tidak tercipta kesenjangan ini
kita disuruh Allah agar terus berusaha dengan maksimal dan diiringi dengan
berdo’a hanya kepada Allah agar usaha kita mendapatkan karunianya[2].
Iri hati selalu mengarahkan kepada
seseorang agar melakukan tindakan yang buruk, misalnya: merasa dirinya paling
hebat, ingin memiliki harta orang lain dan bahkan mengajak untuk membunuhnya.
Rassullullah menceritakan kepada para sahabatnya tentang iri hati, Rasul
menyatakan tiga manusia hidupnya akan celaka dunia akhirat yakni :
takabur, iri hati, dan keserakahan.Takabur yang dilakukan Iblis laknatullah,
Allah mengusirnya dari jannah karena sombongnya. Seperti yang tertera dalam
Alqur’an surat Al-Baqarah ayat 34: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir[3].
Iri hati yang dilakukan Qabil dan
Habil yang merupakan anak nabi Adam As, yang satu mendapatkan nikmat dari allah
dengan diterima kurbannya sedangkan yang satu kurbannya tidak diterima Allah.
Mereka saling membunuh karena rasa iri hati. Seperti yang ada di Alquran Surat
Al-Maidah ayat 26: “Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil
dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban,
maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata
Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa”.Keserakan yang dilakukan Adam as karena iri hati Iblis laknatullah
sehingga menghasut Adam As. Allah turunkan ke turunkan ke bumi. Dipercepat
turun ke bumi karena memiliki keserakahan dalam hatinya. Adam dibujuk rayu oleh
Iblis agar makan buah kuldi agar memiliki kerajaan yang tidak pernah berakhir (
hidup abadi) di surganya Allah. Al-Baqarah ayat 36 : Lalu keduanya digelincirkan
oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami
berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi
kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan”.
B. Pengertian
Sikap Agresif
Perilaku Agresif
secara psikologis berarti cenderung (ingin)
menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan,
menghalangi atau menghambat (KBBI: 1995: 12). Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang lain. misalnya,
menusukan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau mengayun-ngayunkan
tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ada juga anak yang
selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak
sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi kesal.
Agresif terjadi pada masa perkembangan. Perilaku agresif
sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun.
Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian
dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, tidak
hanya di rumah tetapi juga disekolah. Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun,
anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah
dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan ini menetap, maka ada indikasi
anak mengalami gangguan psikologis.[4]
Berikut beberapa pengertian perilaku agresif menurut para ahli:
Perilaku Agresif
Scheneiders (1955), ia mengatakan bahwa agresif merupakan luapan
emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk
pengrusakan terhadap orang atau benda
dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan
perilaku non verbal.
Agresif menurut Baron (dalam Koeswara,1988) adalah tingkah laku
yang ditunjukkan untuk melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangya tingkah laku tersebut.
Perilaku agresif menurut David O.
Sars (1985) adalah setiap perilkau yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat
juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.
Menurut Abidin
(2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik yang pertama,
agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan
melukai orang lain. Karakteristik yang kedua, agresif merupakan suatu tingkah
laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan
membahayakan orang lain atau dengan kata lain dilakukan dengan sengaja.
Karakteristik yang ketiga, agresi tidak hanya dilakukan untuk melukai korban
secara fisik, tetapi juga secara psikis. (psikologis.).misalnya melalui
kegiatan yang menghina atu menyalahkan.
Agresif menurut
Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1998) perilaku agresif adalah tingkah laku
kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau
objek-objek lain.
Agresif menurut Murry (dalam Halll
dan Lindzey,1993) didefinisiakan sebagi suatui cara untuk melawan dengan sangat
kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau
secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang
lain atau merusak milik orang lain. Hal yang terjadi pada saat tawuran
sebenarnya adalah perilaku agresif dari seorang individu atau kelompok.[5]
2. Identifikasi
Perilaku
A. Bersifat
Iri Hati
Beberapa identifikasi individu yang
bersifat iri hati:
Pertama, iri hati
selalu bersifat kompetitif. Ia selalu membandingkan diri sendiri dengan orang
lain dengan hasil yang selalu negatif. Dan kompetisi tersebut ternyata hanya
muncul di dalam benak orang yang iri hati tersebut, yang amat mungkin tidak
dilakukan oleh orang lain yang menjadi sasaran iri hati.
Kedua, iri hati
menggerogoti dan merugikan orang yang iri hati dan mereka yang dekat dengannya.[6]
Ketiga, Ia benci terhadap nikmat yang diterima orang
lain dan senang bila nikmat itu hilang daripadanya. Sikap reaksi inilah yang
disebut perpaduan antara dengki dan iri hati. Keempat, Ia tidak
menginginkan nikmat itu hilang dari orang lain, tapi ia berusaha keras
bagaimana mendapatkan nikmat semacam itu.[7]
B. Berperilaku
agresif
Perilaku agresif dilakukan anak/remaja, baik di rumah, sekolah,
bahkan di lingkungan masyarakat luas. Perilaku agresif pada batas-batas yang
wajar pada anak/remaja masih dapat ditolerir atau diabaikan, namun apabila
sudah menjurus dapat merugikan dirinya dan orang lain, maka perlu ditangani
secara sunguh-sungguh,karena dapat berakibat lebih fatal.
Dampak perilaku agresif tidak hanya mempengaruhi fungsi anak dalam
perkembangan emosi dan perilaku, tetapi hal tersebut juga mempengaruhi prestasi
akademis, interaksi sosial mereka dengan teman sebaya dan guru. Kaufmann
(1985), menjelaskan hasil risetnya, bahwa anak yang agresif umumnya memiliki
prestasi akademik yang rendah untuk usia mereka, mayoritas anak agresif
memiliki kesulitan akademis. Memiliki kekurangan dalam keterampilan sosial yang
mempengaruhi kemampuan untuk kerjasama dengan guru, fungsi di dalam kelas, dan
bergaul dengan siswa lain.
3. Penyebab
Timbulnya Rasa Iri dan berperilaku agresif
a. Faktor penyebab Timbulnya Rasa Iri
Rasa iri biasanya banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar
keluarga, antar teman sejawat, antar tetangga dan orang-orang yang berdekatan
lainnya. Sebab rasa iri itu timbul karena saling berebut pada satu tujuan dan
itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada orang
yang berjauhan cenderung tidak ada ikatan sama sekali[8].
Iri antar sesama manusia disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah:
- Merasa dirinya paling hebat, terlampau kagum dan pemujaan terhadap kehebatan dirinya. Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.
- Kesombongan, Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya. Ia takut apabila orang lain memperoleh kenikmatan atau kesenangan, dan menyebabkan orang tersebut berbalik dan tidak mau tunduk kepadanya.
- Kikir, orang seperti ini senang bila orang lain terbelakang dari dirinya, seakan-akan orang lain itu mengambil dari milik dan simpanannya. Ia ingin meskipun nikmat itu tidak jatuh padanya, agar ia tidak jatuh pada orang lain. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Ia tidak rela ada kenikmatan pada orang lain.
- Karena sudah ada permusuhan. Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat, karena dia adalah musuhnya. Maka akan diusahakannya jangan ada perolehan kebajikan pada orang tersebut. Bila musuhnya itu mendapat kenikmatan atau kebahagian, hatinya menjadi sakit karena bertentangan dengan tujuannya. Permusuhan itu tidak saja terjadi antara orang yang sama kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya. Sehingga sang bawahan misalnya, selalu berusaha menggoyang kekuasaan atasannya.
- Takut mendapat saingan. Bila seseorang menginginkan atau mencintai sesuatu maka ia khawatir kalau mendapat saingan dari orang lain, sehingga tidak terkabullah apa yang ia inginkan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi. Bila tidak, dan persaingan terjadi secara sportif, ia takut kalau dirinya tersaingi dan kalah. Dalam hal ini bisa kita misalkan dengan apa yang terjadi antardua wanita yang memperebutkan seorang calon suami, atau sebaliknya. Atau sesama murid di hadapan gurunya, seorang pegawai dengan pegawai lainnya untuk mendapatkan perhatian yang lebih banyak dari atasannya, dan sebagainya.
- Ambisi memimpin, senang pangkat dan kedudukan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada tolok bandingnya. Jika ada orang ingin menandinginya, tentu itu menyakitkan hatinya, ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu habis saja karirnya, atau paling tidak hilang pengaruhnya.
b.
Beberapa
Faktor Penyebab Individu Beperilaku Agresif
Menurut
Sears, Taylor dan Peplau (1997), perilaku agresif remaja disrbabkab oleh dua
faktor utama yaitu adanya serangan serta frustasi. Serangan
merupakan salah satu faktor yang paling
sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau
serangan fisik. Faktor penyebab agresi selanjutnya adalah frustasi. Frustasi
terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan,
kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.
Menurut
Berkowitz (2003) dalam bukunya yang berjudul emosional behavior menyatakan
bahwa adanya persaungan atau kompetisi juga dapat menjadi penyebab munculnya
perilaku agresif remaja.
Menurut
Koeswara (1998), faktor penyebab remaja berperilaku agresif bermacam-macam,
sehingga dapat dikelompokkan menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor
situasional, faktor hormon, alkohol, obat-obatan (faktor yang berasal dari luar
individu ) dan sifat kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam
individu), yaitu :
a.
Penyebab sosial
1.
Frustasi
Yakni
suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai tujuan tertentu
yang diinginkannya, dari frustasi maka kan timbul perasaan-perasaan agresif
2.
Profokasi
Yaitu oleh pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman
yang harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang
diisaratkan oleh ancaman tersebut.
3.
Melihat model-model agresif
Film dan TV dengan kekerasan dapat
menimbulkjan agresi pada seorang anak, makin banyak menonton kekerasandalam
acara TV makin besar tingkat agresif merekka terhadap orang lain, makin lama
mereka menonton,makin kuat hubungannya tersebut.
b.
Penyebab dari lingkungan
1.
Polusi Udara, bau busuk dan
kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan perilaku agresi tetapi tiodak selalu
demikian tergantung dari berbagai faktor lain.
2.
Kesesakan (crowding), meningkatkan
kemungkinan untuk perilaku agresif
terutama bila sering timbul kejengkelan, iritasi, dan frustasi
karenanya.
c.
Penyebab situasional
1.
Bangkitan seksual yaitu film porno
yang “ringan“ dapat mengurangi tingkat
agresif, film porno yang “keras” dapat menambah agresif.
2.
Rasa nyeri dapat menimbulkan
dorongan agresi yaitu untuk melikai atau mencelakakan orang lain. Dorongan itu
kemudian dapat tertuju kepada sasaran apa saja yang ada.
d.
Alkohol dan obat-obatan
Ada petunjuk
bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Subyek yang
menerima alkohol dalam takara-takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresifitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak menerima alkhohol atau
menerima alkhohol dalam taraf yang rendah. Alkhohol dapat melemahkan kendali
diri peminumnya, sehingga taraf agresifitas juga tinggi.
e.
Sifat kepri badian
Menurut
Baron ( dalam Koeswara, 1988 ) setiap individu akan berbeda dalam cara
menentukan dirinya untuk mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa
ynag memiliki sifat karakteristik yang berortientasi untuk menjauhkan diri dari
pelanggaran-pelanggaran.
Menurut
David O Sears 1985 meyebutakan faktor penentu perilaku agresif yang utama
adalah rasa marah dan proses belajar respon agresif. Proses belejar ini bisa
terjadi langsung terhadap respon agresif atau melalui imitasi.
Menurut
Davidoff perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1.
Faktor biologis
Ada beberapa
faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:
a.
Gen
Gen tampakya berpengaruh pada
pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif.
b.
Sistem otak
Sistem otak yang tidak terlibat
dalam agersi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit netral yang
mengendalikan agresi.
c.
Kimia darah
Kimia
darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga
dapat mempengaruhi perilaku agresi.
2. Faktor lingkungan
Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu :
a.
Kemiskinan
Remaja yang besar dalam lingkungan
kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan. Hal
yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonimi
dan moneter menyebabkan pembengklakan kemskinan yang semakin tidak terkendali.
Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar.
b. Anoniomitas
Terlalu banyak ranbgsangan indra dan
kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang
dengan orang lain tidal lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu
cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identiras diri). Jika seseorang
merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak
terikkat dengan norma masyarakat da kurang bersimpati dengan orang lain.
c.
Suhu udara yang panas
Suhu lingkungan yang tinggi memiliki
dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresifitas.
3. Kesenjangan generasi
Adanya
perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya
dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan
seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak
diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
4. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki
cirri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak
suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan akarena adanya kesalahan yang
muingkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu
Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada perasaan ingin menyerang, meninju,
menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam.
Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.
5. Peran belajar model kekerasan
Model pahlawan-pahlawan di film-film
seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa
menjadikan penonton akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut
merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi
dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar
peran model kekerasan dan hali ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya
perilaku agresif.
6. Frustasi
Frustasi terjadi bila seseorang
terhalang oleh ssesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan,
pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara merespon
terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang
behubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan
adanya kebutuhan yang harus segera tepenuhi tetapi sulit sekali tercap[ai.
Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berprilaku agresi.
7. Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter
dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik,
dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja (Sukadji, Keluarga
dan Keberhasilan Pendidikan, 1988). Pendidikan disiplin seperti akn membuat
remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang
yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan
pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.[9]
4. Langkah
bimbingan yang ditempuh untuk anak yang bersifat iri hati dan anak yang
berpeerilaku agresif
Secara
umum langkah-langkah untuk memberikan bimbingan untuk anak yang bersifat iri
hati dan anak yang berpeerilaku agresif bisa disamakan,,akan tetapi ada juga
pembedaan,,seperti dibawah ini:
a. Anak yang
bersifat iri hati
Pertama, pendekatan pengalaman. Pendekatan pengalaman
merupakan proses pembelajaran moral melalui pemberian pengalaman langsung.
Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman
spiritual baik secara individual maupun kelompok.
Kedua, pendekatan pembiasaan. Pendekatan pembiasaan adalah
suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan
pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep
ajaran nilai-nilai universal, baik secara individual maupun secara berkelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga,
pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah upaya untuk menggugah
perasaan dan emosi siswa dalam meyakini konsep ajaran nilai-nilai universal
serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Keempat,
pendekatan rasional. Pendekatan rasional merupakan suatu pendekatan
mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran nilai-nilai
universal yang di ajarkan .
Kelima, pendekatan fungsional. Pengertian fungsional
adalah usaha menanamkan nilai-nilai moral yang menekankan kepada segi
kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
Keenam,
pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan
keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang
akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain
yang mencerminkan sikap dan perilaku yang menjungjung tinggi nilai-nilai
universal, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa
kisah-kisah keteladanan.
Ketujuh,
melalui penanaman dan penegakan kedisiplinan.[10]
b. Anak yang
berperilaku agresif
Agresifitas pada anak harus dianggap
sebagai risiko kesehatan dalam penyusunan program peningkatan kesehatan
masyarakat, terutama yang ditargetkan untuk anak-anak dan keluarga.
Peneliti menyimpulkan bahwa
mengatasi perilaku anak yang bermasalah dan mengajarkan cara-cara berinteraksi
yang tepat, perawatan diri, dan strategi mengatasi permasalahan mungkin
diperlukan sejak dini untuk mengurangi risiko jangka panjang bagi kesehatan..
Dr Sarah Stewart-Brown, dari
University of Warwick, di Inggris, berhipotesis bahwa agresifitas pada masa
kanak-kanak merupakan tanggapan terhadap stres dari lingkungan.
Ia berpendapat program sekolah yang
dirancang untuk meningkatkan keterampilan sosial dan emosional memang penting,
namun program pengasuhan yang lebih baik dapat membawa perubahan yang paling
signifikan[11]
Selain itu,, kita perlu tahu bahwa perilaku
agresif pada anak dapat diatasi, dikurangi bahkan untuk dihilangkan. Untuk
membantu mereka agar terlepas dari perilaku agresif diperlukan teknik dan
pendekatan yang komprehensif dan koordinatif. Adapun yang dapat kita lakukan,
baik di sekolah maupun di rumah, di antaranya melalui berbagai metoda dan
teknik sebagai berikut:
a.
Memahami
dan menerima pribadi anak
Pemahaman terhadap anak merupakan hal mutlak, terlebih pemahaman
terhadap anak agresif yang memerlukan bantuan. Setelah dipahami pribadi anak,
kita berupaya untuk menerima apa adanya dan sebagaimana mestinya. Pemahaman dan
penerimaan akan menumbuhkan sikap simpati dan mungkin empati pada kita/guru.
Simpati dan empati akan menubuhkan kepercayaan, hal ini merupakan modal untuk
mengarahkan perilaku-perilaku anak ke arah nonagresif.
b. Ciptakan PAKEM.
PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan), akan
tercipta apabila program pembelajaran yang pleksibel, disesuaikan dengan
kemampuan setiap anak, pengelolaan kelas yang memberikan rasa aman, kenyamanan
dan menyenangkan. Dengan terciptanya PAKEM akan mengurangi kondisi-kondisi yang
mendorong kegagalan sebagai benih frustrasi. Dengan terhidar dari sifat
frustrasi berarti mengurangi perilaku agresif.
c. Melakukan catharsis
Melakukan catharsis yaitu menyalurkan perilaku agresif ke aktivitas
yang positif dan terhormat, seperti anak yang suka menendang atau memukul
teman-teman, merusak benda atau barang di sekitarnya, kita arahkan dan
kembangkan motivasi untuk kegiatan bermain drama, sepak bola, bola volly, main
hokey dsb. Anak yang suka memaki-maki, marah yang tidak terkendali, menghina,
mencemooh orang lain, kita arahkan ke aktivitas yang positif, seperti membaca
puisi, bermain peran atau drama, bernyanyi, berceritera dsb. Dengan kegiatan
tersebut anak akan merasa puas dan energi agresif akan tersalurkan, terbebas
dari membahayakan dirinya maupun orang lain, diterima oleh masyarakat dan
mungkin menjadi kebanggaan bagi dirinya. Menurut Freud, energi agresif dapat
dikeluarkan dan diterima pada kehidupan sosial seperti melalui pekerjaan atau
permainan yang bertenaga, lebih sedikit aktivitas yang tidak diinginkan seperti
menghina orang lain, perkelahian, atau pengrusakan.
d. Menghapuskan pemberian imbalan.
Menghapuskan pemberian imbalan atau istilah lain penguatan negatif,
yaitu menghilangkan rangsangan yang tidak menyenangkan (hukuman) setelah
ditampilkan perilaku yang diharapkan akan memperkuat munculnya frekuensi
perilaku yang diharapkan tersebut. Penghilangan yaitu menahan ganjaran yang
diharapkan seperti yang diberikan sebelumnya akan menurunkan frekuensi
munculnya perilaku yang semula mendapat penguatan. Penundaan berarti meniadakan
ganjaran karena belum ditampilkan perilaku tertentu yang diharapkan, maka akan
menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
e. Strategi memperagakan/pelatihan
Upaya yang dilakukan melalui peragaan atau penampilan dalam
pemecahan suatu masalah yang tidak menggunakan perilaku agresif. Tanggapan yang
tidak cocok/bertentangan dengan agresif boleh juga ditanamkan dengan
memperagakan atau strategi pelatihan. Ketika anak melihat suatu contoh dan
memilih solusi yang tidak agresif terhadap suatu konflik atau dengan tegas
dilatih dalam pemakaian metoda-metoda yang tidak agresif tentang pemecahan
masalah, mereka menjadi lebih mungkin untuk menetapkan solusi yang serupa
kepada permasalahan mereka sendiri. Pelatihan metoda yang efektif dalam
mengatasi konflik secara berkesinambungan merupakan hal yang utama dan bermanfaat
bagi anak yang agresif.
f. Menciptakan lingkungan nonagresif
Jika kita bermaksud untuk mengurangi timbulnya perilaku agresif
pada anak, maka kita harus membebaskan lingkungan sekitar dari
perilaku-perilaku agresif, menghilangkan rangsangan-rangsangan yang dapat
menumbuhkan perilaku agresif. Misalnya dengan menghilangkan tontonan, bacaan,
yang memperlihatkan kekerasan, keberutalan, kesadisan dsb, terutama film-film
adegan-adengan yang ada pada TV, komik, dan bacaan lainnya.
g. Mengembangkan sikap empati
Anak-anak prasekolah dan individu sangat agresif lain bisa tidak
berempati dengan korban-korban mereka. Mereka mungkin tidak merasa menderita
walaupun merugikan orang lain (berperilaku agresif). Kita dapat membantu
mengembangkan sikap empati mereka melalui contoh kegiatan, seperti: a)
menunjukan konsekuensi-konsekuensi yang berbahaya dari tindakan-tindakan anak
yang agresif, b) menempatkan anak di tempat kejadian korban dan membayangkan bagaimana
rasanya menjadi korban.
h. Hukuman
Apabila pendekatan-pendekatan di atas tidak efektif, maka dapat
dilakukan dengan memberi hukuman yang bersifat mendidik dan manusiawi. Adapun
pedoman yang harus dijadikan acuan apabila memberi hukuman yaitu:
a) Gunakan hukuman hanya setelah metode koreksi positif telah gagal
dan ketika membiarkan perilaku tersebut berlanjut akan menyebabkan
konsekuensi-konsekuensi negatif yang lebih serius daripada tingkat hukuman yang
dilakukan.
b) Hukuman harus digunakan hanya oleh orang-orang yang memiliki
kedekatan dan penuh kasih sayang terhadap anak ketika tingkah lakunya dapat
diterima dan yang menawarkan banyak dukungan positif untuk perilaku
non-agresif.
c) Menghukum seperti apa adanya, tanpa kejengkelan, ancaman, atau
melanggar moral.
d) Hukuman harus bersifat adil, konsisten dan segera.
e) Hukuman harus intens secara akal dan proporsional.
f) Bila memungkinkan, hukuman harus melibatkan biaya respons (kehilangan hak-hak istimewa atau hadiah atau menarik diri dari perhatian) daripada perlakuan permusuhan.
g)
Bila memungkinkan, hukumannya harus terkait langsung dengan perilaku agresif,
memungkinkan anak untuk membuat restitusi, dan/atau mempraktekkan perilaku
alternatif yang lebih adaptif.f) Bila memungkinkan, hukuman harus melibatkan biaya respons (kehilangan hak-hak istimewa atau hadiah atau menarik diri dari perhatian) daripada perlakuan permusuhan.
h) Jangan langsung memberikan penguatan positif segera setelah hukuman, anak mungkin belajar berperilaku agresif kemudian menanggung hukuman untuk mendapatkan dukungan.
i) Menghentikan hukuman jika tidak segera efektif.[12]
[1]
Al-qur’anul karim
[2] Dewan enseklopedi islam
,Ensiklopedi islam (Jakarta ichtiyar baru van hoeve ,1997)
[4]
http://belajarpsikologi.com/pengertian-perilaku-agresif/
[6] http://catholicyouthstpaul.blogspot.com/2011/11/tanda-iri-hatisalah-satu-dr-7-deadly.html
[7]
http://www.ideelok.com/opini-dan-ulasan/penyakit-batin-sifat-iri-dan-dengki
[9] Scheneider, Alexander. A. 1955. Personal Adjusment and
Mental Healty. New York : Holt, Rinehart dan winston.
[10]
Ramayulis.
(2004). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
[12] David,
Jonathan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar