Namaku Tulip, seorang gadis yang tak pernah pacaran sama sekali
dan memang berprinsip untuk tidak mau pacaran, tapi langsung menikah saja.
Prinsip itu menjadikanku terlihat lebih cuek terhadap pria. Bahkan aku terkenal
kaku untuk berhadapan dengan pria. Hingga terkesan dari luar justru aku ini
jutek. Awalnya itu tidak menjadi masalah bagiku, tapi mulai menjadi masalah
saat usiaku menjadi matang untuk menikah, saat semua teman sebayaku hampir
menikah.
Prinsip tidak pacaran yang kuanut kukira tadinya sudah cukup.
Namun ternyata prispip itu mengantarkanku
untuk terjebak dalam situasi “Cidaha”, yaitu mencintai dalam hati.
Setiap aku menyukai seorang pria, aku menyimpannya rapat-rapat, bahkan jarang
kuceritakan kepada siapa pun. Di depan aku terlihat biasa-biasa saja seperti
cuek pada dia yang kusukai. Namun dibelakangnya aku bisa stalking kegiatan
hariannya melalui akun sosmed-nya, dari Facebook, Blog, Twitter dan lain-lain.
Sayangnya ketidakberanianku untu mengungkapkan perasaan terlebih
dulu membuahkan akibat yang terus berulang. Setiap orang yang kukagumi secara
rahasia, selalu meninggalkanku dan menikah dengan wanita lain. Hal tersebut
berulang, terjadi sampai beberapa kali. Hingga suatu masa aku merasa harus
menjadi yang terakhir kalinya aku terjebak dalam virus Cidaha.
Kurang lebih dua tahun aku mengaguminya, kekagumanku kali ini
rasanya berlebihan. Selain stalking akun sosmed-nya. Aku juga sampai membuat
catatan harian tentangnya. Catatan digital seperti buku harian di laptopku,
yang passwordnya adalah tanggal lahir dia. Setiap hari aku menulis tentangnya
juga tentangku. Harapan-harapanku bersamanya, impianku bersamanya dan lainnya.
Tanpa ia ketahui. Perasaan itu aku simpan rapi, hanya salah seorang sahabatku
yang mengetahuinya.
Hingga suatu hari aku mendengar kabar bahwa ia akan menikah!
Kaget, bercampur sedih aku rasakan. Kali ini aku putuskan memberanikan diri
mengungkapkan perasaanku kepadanya. Kemudian ia hanya menanggapi, “Kamu kemana
saja selama ini, saat aku mengharapkanmu kamu kemana?” Ya! Salahku sendiri yang terlalu egois di saat sebenarnya
sinyal-sinyal cinta darinya mulai aku dapatkan beberapa waktu sebelumnya.
Aku kalut, sakit hatiu sudah memuncak merasakan kegagalanku
lagi. Kuputuskan member file catatan harianku kepadanya. Terserah apa yang mau
dipikirkannya, namun aku ingin dia juga tahu perasaanku kepadanya. Meski kuakui
dalam hati bahwa saat itu ada harapan bahwa dia akan berpaling kepadaku, takdir
sudah berbicara, ini sudah menjadi keputusan Allah. Dia tetap menikah dengan
orang lain.
Aku sadar bahwa ada hal yang harus kubereskan, yaitu diriku
sendiri. Aku harus berdamai dengan diriku sendiri, yang ternyata belum
memaafkan kesalahannya, yang terlalu memforsir diri mencinta pada tempat yang
tak seharusnya. Sekarang ini kubiarkan aku mendekat kepada-Nya, untuk
dipantaskan bertemu dengan ia yang ditakdirkan untukku, dengan cara-cara yang
lebih baik. Aaamiin.
#####000#####
Ternyata cinta
dalam hati bisa menjadi sebuah kesalahan ya… Saatnya intropeksi diri, berdamai dengan
diri sendiri untuk memaafkan bagian dari masa lalu.
Bagian dari
proses Cleansing dalam buku “Jodoh Dunia Ahirat – Merayu Allah, Menjemput
Dalam Taat”. Karangan dari “Fu & Canun” Penerbit Mizania.
2 komentar:
ecieeeeee, hahahahahaaaa
jjiiiiaaahhhh ternyata wong iki seng komentar. masudnya apa ya mbak, komentarnya cuma gitu? kekekkkkk
Posting Komentar